Harus diakui, dari masa ke masa semakin
banyak masyarakat yang tidak tertarik (baca: apatis) dengan partai.
Terlebih ketika partai itu terganjal oleh kasus-kasus yang sensitif bagi
masyarakat, semisal kasus korupsi atau pelanggaran kode etik dari
kader-kader partainya dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa dibilang
‘melukai’ hati masyarakat hingga tingkat kepercayaan masyarakat
(elektabilitas) terhadap suatu partai menurun. Memang berpartai atau
tidak, suka atau tidak semuanya adalah hak setiap individu yang tidak
bisa diintimidasi oleh apapun dan oleh siapapun.
Berbeda dengan saya. Pada dasarnya saya
memandang partai bukan sekedar alat politik yang dengan bebas bisa
digunakan oleh siapa saja untuk memperoleh kekuasaan atau jabatan.
Kekuasaan atau jabatan hanya salah satu output dari sebuah
proses politik. Tapi itu bukanlah satu-satunya tujuan mutlak. Meskipun
bagi sebagian besar masyarakat kita, keberadaan partai sangat identik
dengan hal tersebut, tapi ada partai yang tidak mempermasalahkan hal
itu, partai apakah itu? itulah PKS.
Dulu saya termasuk orang yang apatis
terhadap politik, bahkan dulu saya memandang politik sebagai sesuatu
yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Akan tetapi pola pikir seperti
itu perlahan-lahan berubah semenjak saya mengenal PKS. Siapa yang tidak
mengenal PKS? Saya rasa semua orang di negeri ini tahu akan partai yang
satu ini, terlebih ketika saat ini begitu banyak ujian yang tengah
dialami oleh PKS. Masyarakat tentu memiliki dan berhak memberikan
penilaian terhadap PKS maupun partai lainnya, demikian halnya dengan
saya. Sebagai bagian dari masyarakat dan sebagai individu tentu saya
memiliki penilaian tersendiri terhadap PKS. Suka atau tidak suka, apapun
bentuk penilaian itu semoga lahir dari hati yang jernih, hati dan
pikiran yang tak sekedar mengedepankan logika keumuman, akan tetapi juga
keberimbangan dan cerdas dalam menganalisa kondisi.
Saya mengenal PKS dari semenjak saya SMA
dan mata saya semakin terbuka akan keberadaan PKS tatkala saya
menginjakkan kaki di bangku kuliah. Saya melihat PKS bukan sekedar
sebuah partai. Kalau pun PKS ditempatkan sebagai sebuah partai, maka PKS
adalah partai yang tidak bisa kita samakan begitu saja dengan
partai-partai lainnya, kenapa? Jawabannya sederhana, karena setiap
partai tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, begitu
pun dengan PKS.
Terhitung dari pertama kali saya
mengenal PKS, saya tidak menemukan kejanggalan di sana. Tidak seperti
yang dikatakan suara-suara sumbang di luar sana yang berkomentar dengan
nada sinis terhadap PKS. Apalagi dengan munculnya kasus yang saat ini
tengah diblow up oleh media, rasa-rasanya masyarakat yang belum
mengenal PKS dengan baik semakin bersemangat menyuarakan suara
keantipatiannya terhadap partai yang satu ini. Tak jarang saya berpikir,
kenapa sebegitu tidak sukanya sebagian masyarakat terhadap PKS?. Ya,
tentu setiap orang memiliki jawaban dan alasannya masing-masing, akan
tetapi perlu ada pelurusan di sini, minimal meluruskan pola pikir dan
cara pandang kita terhadap PKS.
Selama saya bersama PKS, PKS mampu membuka mata saya, mengubah cara pandang dan cara berpikir saya terhadap
partai dan politik. Partai dan politik adalah salah satu dari sekian
banyak sarana. Sarana untuk apa? untuk menjawab hal ini saya katakan
dengan tegas bahwa partai dan politik hanyalah salah satu sarana untuk
kita menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain, ia adalah salah
satu sarana untuk kita menyuarakan kebaikan. Dalam konteks ini setiap
orang boleh menginterpretasikan apapun. Tapi lagi, dengan tegas saya
katakan dalam konteks manfaat dan kebaikan, kita tidak berbicara
perseorangan atau pun golongan, akan tetapi kita berbicara keumuman yang
menyeluruh. Artinya jika keumuman di sini adalah Indonesia, maka kita
berbicara kebermanfaatan untuk Indonesia, kebaikan untuk Indonesia juga.
Hanya saja sayang, tidak banyak orang
yang melihat dan merasakan hal itu pada sosok PKS. Memang kerja-kerja
PKS bukan ditujukan semata-mata untuk meraih penilaian dari manusia,
akan tetapi juga menjadi tidak adil ketika kita tidak bersikap cerdas
menyikapi keberadaan PKS. Ketika PKS tengah disudutkan, maka dapat
dipastikan cemoohan pun dengan derasnya terlontar dari sana-sini.
Padahal jika kita tanya dengan JUJUR kepada diri kita masing-masing,
kepada hati dan logika bersih kita, dari sekian banyak partai di negeri
ini harus diakui PKS adalah partai yang relatif santun dan bersih.
Kita tidak bisa memungkiri hal itu.
Semisal ada kader PKS yang tengah diberikan ujian, apapun bentuknya,
maka tidak bisa kita memukul rata keseluruhan dari partai ini, karena
PKS bukan milik perseorangan juga bukan milik golongan. Bercerminlah
kembali kepada diri kita, apa yang sudah kita lakukan untuk negeri ini?.
Tanyakan kembali kepada diri kita, sudahkah keberadaan kita memberi
banyak manfaat dan kebaikan bagi orang lain?. Jika ternyata kita pun
belum mampu berbuat banyak, maka menyudutkan orang lain, menyamaratakan
kesalahan kepada orang lain tentu bukanlah tindakan yang bijak.
Jika saat ini kemampuan kita masih
terbatas dalam menganalisis berbagai kasus yang dituduhkan kepada PKS,
setidaknya pertajamlah kemampuan kita untuk tidak bersikap reaktif. Jika
demokrasi ini memberikan banyak ruang untuk kita berbicara,
berpendapat, berorganisasi, lalu kenapa kita tidak mencoba untuk
menyehatkan demokrasi ini?. Jika ada kebaikan yang dilakukan PKS, lalu
kenapa kita masih mengedepankan keburukan terhadapnya?.
PKS adalah partai yang juga memiliki
nafas untuk membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Adapun ujian,
cemoohan, cacian, makian atau apapun hal negatif lainnya yang ditujukan
sampai detik ini kepada PKS, maka itu adalah proses belajar. Tidak ada
perjuangan yang mudah, semuanya berproses, dan apapun bentuk proses itu,
suka atau tidak suka PKS tetap ada untuk membangun Indonesia.
kalo ngerasa "jentel" dan "pede" dengan tulisan ini... "kok" tidak ditulis siapa penulisnya??? gelarnya?? pekerjaan bahkan jabatannya...
BalasHapusini salah satu "indikasi" menurut saya.... cukup sederhana dan simpel pertanyaan ini bukan. sykron..
saya tertarik dengan paragraf ke-7. yang disampaiakn sangat menarik dan "seolah muncul sifat aslinya"
BalasHapusoh.. butuh pengakuan juga ternyata....
apa ada partai politik yang bersih??? ketika kita tahu bahwa sahabat atau teman kita itu salah (baca: tidak baik) ya seharunya diingatkan supaya berubah menjadi baik. Tetapi yang lebih parah, ketika kita tahu teman kita salah kemudian kita malah tetap membiarkannya.. malah berkoalisi dengan teman yang salah...