Oleh : Sumedi Abdul Latif, Lc
Banyaknya ummat Islam tidak berbanding
lurus dengan kewibawaan umatnya. Harusnya jika secara kuantitas bertambah,
secara pengaruh, peran, kewibawaan dan lain sebagainya bertambah. Realitasnya
hari ini ummat Islam masih jauh dari yang diharapkan. Kemiskinan, penindasan,
penistaan, penjajahan masih melingkupi ummat Islam. Darah kaum muslimin sangat
murah harganya. Suriah, Iraq, Afghanistan, Mali, Burma, Palestina, adalah potret
ummat Islam yang masih terus berjuang memperjuangkan haknya tanpa pembelaan
yang berarti.
Salah satu dari sekian penyebab
tertindasnya ummat Islam dan beraninya musuh-musuh islam adalah bukan karena
jumlah yang sedikit atau sumber daya alam yang kurang, tapi komitmen
kebersamaan (berjamaah) yang sangat kurang. Inilah yang menyebabkan kerkahan yang
berkurang. Karena selamanya energy komunal itu tdak akan terkalahkan oleh
energy personal.
“Hampir terjadi keadaan
yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan
mengerumuni makanannya. “Salah seorang sahabat berkata;“Apakah karena
sedikitnya kami ketika itu?”Nabi berkata: Bahkan, pada saat itu kalian
banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat
banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada didalam dada-dada musuh
kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn. “Kata para
sahabat: “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?Beliau bersabda: “Cinta
dunia dan takut mati. “
(HR Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278)
(HR Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278)
Sungguh realitas ummat islam hari ini
mayoritasnya tidak terikat ulama, ormas atau komunitas tertentu. mereka hidup
sendirian tanpa arah dan tujuan agama yang jelas. Hidup tanpa bimbingan, tanpa
komitmen apapun untuk kemajuan agamanya. Mereka hanya hidup untuk urusan
perutnya saja. Sudah dipastikan ketika menghadapi masalah, baik yang kecil
apalagi yang besar dalam penyelesaiannya tanpa bimbingan dan arahan yang jelas.
Analogi sederhana, bila kita mau
membersihkan sampah, hanya menggunakan satu lidi, maka dipastikan tidak akan menghasilkan
apa-apa. Namun bila lidi itu banyak lalu diikat, maka ia akan memberi arti dan
mampu membersihkan sampah yang banyak sekalipun.
Contoh sederhana lainnya, untuk
membersihkan tangan sendiri saja bila menggunakan satu tangan hasilnya kurang
bersih, namun bila ada kerjasama antara dua tangan, hasilnya akan memuaskan.
Perintah hidup berjamaah
"Dan
berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai." (Ali Imran: 103).
“Karena sesungguhnya tangan Allah di atas
tangan jamaah dan sungguh setan berlari bersama orang yang berpisah dari
jamaah.” (HR. Nasa’i, No. 4020)
“Tetaplah
kalian dalam berjamaah, dan jauhilah berpecah- belah, sebab syaithon selalu
menyertai orang yang menyendiri, dan terhadap dua orang ia akan lebih menjauh
dan barang siapa yang menghendaki pertemanan syurga maka hendaklah tetap dalam
jamaah”.
(HR Ahmad 1/230-231)
(HR Ahmad 1/230-231)
Tidak
sekedar berjamaah
Kalaulah
hanya sekedar perintah berjamaah, tentunya binatangpun bias melakukannya. Ikan
dilaut sering bergerombol, begitu juga kambing, dll. Di pasarpun manusia secara
alami hamper setiap hari berjamaah (berkumpul) untuk satu kepentingan. Apakah
itu yang dimaksud oleh Allah dan Rosul?... tentunya bukan.
Perintah
berjamaah yang dimaksud adalah dalam ibadah. Sesuai misinya, manusia diciptakan
untuk beribadah. Maka berjamaahnya kita adalah untuk kepentingan ibadah,
merealisasikan apa yang diinginkan Allah SWT. Menjadi kholifah dimuka bumi, dan
bahkan syari’at Islam sebagian hanya bias diwujudkan kecuali hanya dengan berjamaah.
Bahkan
mengutip ungkapan ustadz Anis mata,
banyaknya jamaah lebih baik dari pada tidak adanya jamaah. Hal itu lebih
memudahkan untuk memetakan simpul potensi ummat islam. Sebab secara alamiah
manusia akan berkumpul dan saling mendekat yang dia nyaman dengannya.
Semoga
kesadaran berjamaah ini terus tumbuh dikalangan ummat islam umumnya, bangsa
Indonesia khususnya sehingga bangsa yang kita cintai ini semakin hari semakin
kokoh dan kuat, tidak mudah diperdaya oleh siapapun.
Wallahu
a’lam
0 Response to "Indahnya Bersama Jamaah"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"