Tsaqofah Da'iyah

Tsaqofah Da'iyah
Oleh : Ustadz Mosleem Hijau Langit Full

Di samping segi spiritual (ruhani) dan akhlak, seorang da'i memerlukan bekal yang cukup dalam bidang tsaqofah dan wawasan intelektual. Hal ini karena wawasan yang luas merupakan ciri khas yang menonjol dalam kehidupan sosialnya. Kematangan intelektualnya merupakan cerminanan kematangan pribadi. Dengan bekal itulah ia dapat memecahkan setiap masalah yang muncul dengan bijak. Tsaqofah bukan sekedar ilmu pengetahuan dan sains, bukan pula sekedar budaya. Tsaqofah mencakup segala hasil budaya manusia berupa ilmu pengetahuan, sains, seni budaya, tekhnologi, dan bidang kehidupan lainnya. Kerja dakwah sangat memerlukan tsaqofah dan wawasan luas, karena seorang da'i harus memberikan nilai-nilai kepada orang lain. Orang yang tak punya tak akan memberi, orang yang hartanya belum sampai satu nishob tak mungkin memberi zakat, apalagi tak memiliki sama sekali. Syaikh Yusuf Qardhawi dan Ustadz Abdullah Nasih 'Ulwan pernah berbicara tentang tsaqofah Islamiyah secara panjang lebar.

Ada enam klasifikasi tsaqofah yang di perlukan seorang da'i dan aktivis dakwah, yaitu :

1. Wawasan Islamiyah.

2. Wawasan Sejarah.
3. Wawasan Bahasa dan sastra.
4. Wawasan Humanoria.
5. Wawasan Ilmiah.
6. Wawasan Kontemporer.


Yang dimaksud dengan wawasan di atas yaitu wawasan yang bersumber pada Islam sebagai titik sentral pembahasannya, ia meliputi :


A. Al-Qur'an Karim


Al-qur'an merupakan sumber Islam yang pertama dan merupakan pilar utama dalam tsaqofah Islamiyah. Segala akhlak, nilai, syariah, dan ibadah serta prosa dan puisi harus merujuk pada Al-qur'an. Ia mengandung hakikat alam ghaib, jiwa dan kehidupan serta hakikat sosial kemanusiaan. Ia merupakan nur (cahaya) yang menerangi dan menunjuki.


Firman Allah :


" Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabb-mu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang " (QS.4 AYAT 174).


Allah menamakannya pula sebagai ruh, yang menjadi motor penggerak dalam kehidupan.


Firman Allah :


" Dan apakah orang yang sudah mati (hatinya) kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya itu ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya " (QS.6 AYAT 122).

 
Seyogyanya seorang aktivis dakwah hafal Al-qur'an sebagian atau seluruhnya agar dengan mudah ia dapat menghadirkan ayat-ayat Al-qur'an sesuai dengan acara, situasi dan kondisi yang ada. Al-qur'an adalah lautan yang tak pernah kering. Ia tak akan habis dikaji sebagai pegangan dan persiapan seorang da'i. Kalau mungkin hendaklah ia dapat membaca Al-qur'an dengan tajwid yang baik sehingga tumbuh kekhusyuan dan penghayatan yang dalam agar bacaan itu memiliki dampak dan pengaruh positif dalam dirinya.

B. Ilmu Tafsir


Ia merupakan ilmu yang paling penting. Untuk memahami makna yang di kehendaki dalam ayat-ayat Al-qur'an. Ratusan tafsir telah di cetak. Masing-masing memiliki kekhasan dan keistimewaan. Ada dua metode penulisan tafsir yaiut madzhab riwayat (ma'tsur) dan madzhab diroyah (berdasarkan akal pikiran). Di antara tafsir yang terkenal adalah tafsir At-Tobari dan Ibnu Katsir. Keduanya menggunakan madzhab riwayat, sedang tafsir diroyah ia memiliki ragam, warna, dan corak yang berbeda-beda sesuai dengan madzhab, zaman, wawasan intelektual, spesialisasi, dan jurusan penulisannya. Tafsir Al-Kasyaf misalnya, banyak di warnai dengan bahasa, nahwu, dan pembahasan-pembahasan balaghah serta pendapat-pendapat mu'tazilah. Lain halnya dengan tafsir Qurtuhbi, ia banyak di warnai fiqh, hukum-hukum syariah, dan pendapat-pendapat madzhab. Seorang da'i hendaklah tidak cukup dengan satu buku tafsir (lama atau baru). Hendaklah ia bisa memetik kelebihan masing-masing tafsir dan menghindari dari pendapat-pendapat madzhab yang tidak sesuai dengan aqidah Islam. Yang demikian itu karena setiap insan tidak ma'shum (tidak bebas dari kesalahan), ada kata-kata yang di ambil, ada pula yang tidak.


C. Sunnah Nabawiyah


Ia merupakan sumber kedua syariat Islam dan merupakan pilar asasi setelah Al-qur'an bagi tsaqofah da'i. Ia adalah pensyiar al-qur'an, menjelaskan dan merincikan hal-hal yang global. Dalam Hadits itulah kita dapati tafsir Al-qur'an secara teoritis dan praktek nyata.


Firman Allah :


" Dan Kami turunkan kepadamu Al-qur'an agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan ". (QS16 AYAT 44).


Sunnah Nabi meliputi perkara, perbuatan, ketetapan, sifat dan perjalanan hidup Rasulullah SAW. Ia merupakan ensiklopedia lengkap kehidupan dan perjuangan Rasulullah SAW di jalan dakwah, irama kata-kata yang indah, dan mutiara-mutiara hikmah, gudang ma'rifat, rahasia agama, makatimual akhlak, syariah yang gemilang, bimbinmgan yang kekal abadi, seluk beluk tarbiyah, keagungan sikap dan kepribadian, keindahan dan ketinggian bahasa. Semuanya merupakan perbendaharaan dan kekayaan yang tak habis di kaji, takkan aus dan usang di telan zaman.

Seorang da'i yang hendak berbicara, mengajar, ceramah khutbah, menulis dan sebagainya tak akan merasakan sempurna sebelum merujuk kepadanya. Ia merupakan mata air yang bening dan sejuk segar dan menyegarkan. Banyak sekali buku sunnah, namun hendaklah seorang da'i memprioritaskan buku-buku yang lebih urgen seperti Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, An-Nasai, Musnad Ad Darami dan Mutawwa Imam Malik. Bagi mereka yang tak ada waktu, ada buku-buku ikhtisar Hadits seperti At-Tajdid as Shahih, jami'ul Usul, Mukhtasor Shahih Muslim dan sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan ketika mempelajari sunnah beliau :
Pertama : waspadalah terhadap peletakan hadits yang tidak pada tempatnya
.
Pemahaman dan ta'wil yang keliru tentang Hadits shahih dan hasan, justru semakin menjauhkan dari makna yang di kehendaki Allah dan Rasul-Nya.
Di antara contoh penafsiran keliru adalah penafsiran tentang sabda Rasulullah SAW :

" Kalian lebih tahu tentang urusan dunia ". (AL-HADITS).


Dengan Hadits ini orang-orang tertentu hendak menyingkirkan syariat Islam dari lapangan ekonomi, politik dan masalah kehidupan lainnya. Mereka beranggapan dengan sabdanya itu Rasulullah SAW telah menyerahkan pengaturan dunia dan masalah-masalah kehidupan ini pada kita. Padahal yang di maksud dengan urusan duniamu dalam Hadits di atas adalah hal-hal yang berkaitan dengan cara, metode dan sarana seperti masalah pertanian dan industri dan masalah-masalah serupa dengan itu di serahkan kepada akal, ijtihad, dan kreatifitas manusia. Kalau benar apa yang mereka katakan tentu Allah tidak menurunkan ayat terpanjang dalam Al-qur'an untuk mengatur urusan ekonomi (duniawi) yaitu tentang penulisan hutang piutang (QS.2 AYAT 282). Kalau benar kata mereka tentu tidak ada nash-nash berupa ayat-ayat dan hadits ratusan jumlahnya yang mengatur kehidupan dan ekonomi mereka. Dengan Hadits fitnah dan kerusakan di akhir zaman sebagian orang mengatakan bahwa kejahatan itu telah merajalela, kerusakan sudah merambah dan lumrah, tidak bisa di harapkan adanya perbaikan, segalanya telah berlalu dari buruk ke yang lebih buruk dan semakin buruk hingga kiamat nanti. Contoh terdekat yang ana sebutkan di sini adalah Hadits :


" Islam datang sebagai yang asing dan aneh dan akan kembali dalam keadaan asing juga karena itu beruntunglah orang yang-orang asing itu ". (Al-Hadits).


Ia merupakan hadits shahih riwayat Muslim dan lainnya, namun ada sebagian orang yang menjadikan hadits itu sebagai hujjah untuk meninggalkan tugas dan kewajiban dakwah amar ma'ruf nahi munkar.

Adakah terbayang bahwa Rasulullah SAW melumpuhkan tekad semangat dan kerja dakwah para sahabat serta mematahkan optimisme, memadamkan bara api yang berkobar di dalam dada dan sanubari mereka..??
Tidak, beliau hanya ingin mengingatkan mereka agar siaga, waspada dan berhati-hati agar kita yang meniti jalan dakwah ini tidak terjatuh atau tabrakan. Pada riwayat yang lain di tanyakan " Siapakah al-ghuraba itu ya Rasulullah..??" beliau bersabda : " Orang-orang memperbaiki sunnahku yang telah di rusak oleh manusia sepeninggalku nanti ". (HR.TIRMIDZI).
Pada nash ini jelas dan terang adanya perbaikan manhaj kenabian yang telah di rusak dan kerja keras untuk mengembalikan mereka ke jalan yang lurus. Al-Ghuraba yang Rasulullah SAW maksudkan bukanlah kelompok-kelompok eksklusif yang mengasingkan diri. Mereka adalah kelompok yang tegak berdiri di atas kebenaran, menunaikan peran yang telah di tunaikan para sahabat pada masa-masa permulaan Islam. Mereka unik dan asing namun keasingan mereka tidak menghalangi mereka dari dakwah, kerja dan jihad, meskipun pembangkang lebih banyak mereka temui daripada yang taat dan menurut. Hadits ini merupakan seruan membangun dan positif, bukan menyeru kepada keputusasaan dan lari dari medan juang dengan alasan kerusakan zaman.

Kedua : waspadalah terhadap mereka yang menyeru keraguan terhadap Hadits-hadits shahih

Aktivis dakwah hendaklah sadar akan gelombang pengaburan dan keraguan yang di henbuskan musuh-musuh islam. Kaum misionaris, orientalis dan boneka-boneka kekafiran, tak henti-hentinya berupayamemalingkan ummat dari mata air hikmah ini. Sayangnya banyak yang termakan racun ghazwul fikri, hingga kini kita lihat di antara mereka yang meragukan kitab-kitab sunnah yang asli seperti shahih bukhari. Bahkan ada pula yang menolak hadits-hadits yang shahih karena mengikuti hawa nafsu.

" Takkan datang hari kiamat hingga muslimin memerangi Yahudi, maka orang yahudi bersembunyi di balik batu, batu pun berkata hai hamba Allah atau hai muslim ini yahudi di belakangku, kemarilah bunuh dia ". (AL-HADITS).


Mereka beranggapan bahwa hadits ini menghalangi ummat islam dari jihad karena ia mengajari mereka untuk duduk saja menunggu saat batu atau pohon berkata-kata menunjukkan mereka ada yahudi di belakangnya. Mereka lupoa bahwa hadits ini merupakan berita gembira akan tumbangnya dan robohnya yahudi manakala ummat islam memasuki perang dengan nama islam dan pengabdian kepada Allah semata.


Ketiga : Waspadalah terhadap hadits-hadits palsu dan lemah

Imam nawawi berkata :
" Meriwayatkan hadits palsu adalah haram hukumnya walaupun dengan makna apa saja baik ituberupa hukum atau kisah, targhib wat targhib dan sebagainya, kecuali dengan keterangan akan kepalsuannya".

yang demikian itu atas dasar hadits shahih riwayat Muslim dari Samroh bin jundud secara marfu :


" Barangsiapa meriwayatkan dari sebuah hadits yang ia pandang sebagai bohong, maka ia termasuk pembohong".


Adalah merupakan karunia Allah terhadap ummat ini untuk menjaga sumber-sumber syariahnya dari awal fajar islam hingga Allah mewarisi bumi dan sisinya. Allah sendiri menjamin akan keasliannya.


Firman Allah :


" Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ". (QS.15 AYAT 9).


Apabila allah telah menanggung atas pemeliharaan Al-qur'anul Karim dari penyimpangan dan perubahan zaman hingga akhir zaman, maka Dia pun memelihara As-sunnah dari noda dan kepalsuan, karena sunnah adalah penguat yang merincikan hal-hal yang global di dalam al-qur'an.
Wallahu 'alam[]

0 Response to "Tsaqofah Da'iyah"

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...