Pengorbanan


Oleh : HM. Anis Matta, Lc
Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh menglahkan timbangan keburukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Jika engkau mencoba menghitung kesalahan dan kelemahan itu “tertelan” oleh kebaikan dan kekuatannya.
Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi masanya bagi kehidupan masyarakat manusia. Itulah sebabnya tidak semua orang baik dan kuat menjadi pahlawan yang dikenang dalam ingatan kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut sejarah. Hanya apabila kebaikan dan kekuatan menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan, atau purnama yang merubah malam jadi indah, atau mata air yang menghilangkan dahaga.

Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan performance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw berkata: “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.”

Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pernah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. Ia telah melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan.

Dalam makna inilah pengorbanan menemukan dirinya sebagai kata kunci kepahlawanan seseorang. Disini ia bertemu dengan pertanggungjawaban, keberanian, dan kesabaran. Tiga hal terakhir ini adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan menemukan makna dan fungsi kepahlawanannya apabila pengorbanan yang mengisi dan menggerakannya. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat pertanggungjawaban, keberanian, dan kesabaran.

Maka keempat makna dan sifat ini – rasa tanggungjawab keagamaan, semangat pengorbanan, keberaniaan jiwa, dan kesabaran – adalah rangkaian dasar yang seluruhnya terkandung dalam ayat-ayat jihad. Dorongannya adalah tanggungjawab keagamaan (semcam semangat penyebaran dan pembelaan). Hakikat dan tabiatnya adalah pengorabanan. Perisainya keberanian jiwa. Tapi nafas panjangnya adalah kesabaran.

Begitulah kemudian menjadi benar apa yang dikatakan oleh Sayyid Qutb: “Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.”

Kaidah itu tidak saja berlaku bagi kehidupan individu, tapi juga merupakan kaidah universal yang berlaku bagi komunitas manusia. Syakib Arselan, pemikir Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju menjelaskan jawabannya dalam kalimat sederhana, “Karena,” kata Syakib Arselan, “orang-orang Barat lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya.”

Sekarang mengertilah kita, “Apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan agama ini dalam realitas kehidupan?” Yaitu, hadirnya para pahlawan sejati yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi hidup bagi orang lain dan agamanya serta mau mengorbankan semua yang ia miliki bagi agamanya itu.

*Tarbawi, Edisi 5 Th. I 15 Januari 2000 M / 8 Syawal 1420 H

0 Response to "Pengorbanan"

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...