Serang (24/1/2014), Ali Idris (43) ayah dari Desi (4)
penderita gizi buruk yang meninggal pada Kamis (23/1/2014) di Rumah Sakit Umum
Daerah Serang menyesalkan pihak Pemerintah Kota Serang yang telat memberikan
penanganan terhadap putri semata wayangnya.
“Bukannya kami menolak takdir, namun kami menyesalkan sikap lamban dan
minimnya perhatian dari pemerintah,” ujar Ali dengan mata berkaca-kaca saat
ditemui Bantenesia di kediamannya di Kasemen.
Menurut pengakuan Ali, sehari-hari ia bekerja sebagai buruh nelayan yang
ikut pada perahu orang lain melaut mencari ikan. Pendapatannya kadang tak
menentu.
“Biasanya saya membawa pulang uang 10 ribu sampai 15 ribu setiap pulang
melaut. Semua tergantung dari hasil tangkapan ikan,” ungkap Ali.
Saat Bantenesia berkunjung ke kediamannya di Kasemen, tampak sebuah
bangunan rumah berukuran sekira 4 X 6 meter yang dihuni oleh 3 KK dengan 9
jiwa. Suasana becek disekeliling rumahnya menyebarkan aroma yang mengundang
lalat serta bau tak sedap.
Menurut pengakuan Ali, ia dan istrinya kerap membawa anaknya ke Puskesmas
untuk penanganan lebih lanjut, namun terkadang untuk sekedar membayar angkot
saja ke puskesmas mereka tak ada uang.
“Mau bagaimana lagi, kadang untuk bayar angkot saja kami tidak ada uang.
Kadang kami malu dengan tetangga yang sering ‘urunan’ mengumpulkan uang dan
memberikannya kepada keluarga kami,” ujar Ali lebih lanjut.
Menurut Juhrana (35) istri Ali yang sehari-hari menjadi buruh tani,
mengatakan bahwa Jumat (24/1/2014) siang rombongan Wakil Walikota Serang Sulchi
Choir datang mengunjungi kediamannya dan memberikan uang duka.
“Kemarin saat anak saya meninggal di rumah sakit, ada orang yang mengaku
utusan Walikota Serang menitipkan uang sebesar 200 ribu dan siang tadi wakil
walikota datang memberikan uang duka 500 ribu. Tapi buat apa uang ketika anak
saya sudah tiada. Kami sangat berharap para pemimpin dating saat anak saya
sakit,” ungkap Juhrana.
Sementara itu, menurut pengakuan Tri salah satu staf gizi Puskesmas Kilasah
Kecamatan Kasemen. Pihak Puskesmas telah berusaha maksimal memberikan perhatian
pada keluarga Pak Ali.
“Di Kasemen memang cukup banyak keluarga yang menderita gizi buruk, kami
dari Puskesmas sudah sering memberikan bantuan susu dan biscuit. namun kendala
ekonomi merupakan masalah terbesar yang menjadi kendala,” ungkapnya.
: http://bantenesia.com/
Serang
(24/1/2014), Bantenesia – Ali Idris (43) ayah dari Desi (4) penderita
gizi buruk yang meninggal pada Kamis (23/1/2014) di Rumah Sakit Umum
Daerah Serang menyesalkan pihak Pemerintah Kota Serang yang telat
memberikan penanganan terhadap putri semata wayangnya.
“Bukannya
kami menolak takdir, namun kami menyesalkan sikap lamban dan minimnya
perhatian dari pemerintah,” ujar Ali dengan mata berkaca-kaca saat
ditemui Bantenesia di kediamannya di Kasemen.
Menurut
pengakuan Ali, sehari-hari ia bekerja sebagai buruh nelayan yang ikut
pada perahu orang lain melaut mencari ikan. Pendapatannya kadang tak
menentu.
“Biasanya
saya membawa pulang uang 10 ribu sampai 15 ribu setiap pulang melaut.
Semua tergantung dari hasil tangkapan ikan,” ungkap Ali.
Saat
Bantenesia berkunjung ke kediamannya di Kasemen, tampak sebuah bangunan
rumah berukuran sekira 4 X 6 meter yang dihuni oleh 3 KK dengan 9 jiwa.
Suasana becek disekeliling rumahnya menyebarkan aroma yang mengundang
lalat serta bau tak sedap.
Menurut
pengakuan Ali, ia dan istrinya kerap membawa anaknya ke Puskesmas untuk
penanganan lebih lanjut, namun terkadang untuk sekedar membayar angkot
saja ke puskesmas mereka tak ada uang.
“Mau
bagaimana lagi, kadang untuk bayar angkot saja kami tidak ada uang.
Kadang kami malu dengan tetangga yang sering ‘urunan’ mengumpulkan uang
dan memberikannya kepada keluarga kami,” ujar Ali lebih lanjut.
Menurut
Juhrana (35) istri Ali yang sehari-hari menjadi buruh tani, mengatakan
bahwa Jumat (24/1/2014) siang rombongan Wakil Walikota Serang Sulchi
Choir datang mengunjungi kediamannya dan memberikan uang duka.
“Kemarin
saat anak saya meninggal di rumah sakit, ada orang yang mengaku utusan
Walikota Serang menitipkan uang sebesar 200 ribu dan siang tadi wakil
walikota datang memberikan uang duka 500 ribu. Tapi buat apa uang ketika
anak saya sudah tiada. Kami sangat berharap para pemimpin dating saat
anak saya sakit,” ungkap Juhrana.
Sementara
itu, menurut pengakuan Tri salah satu staf gizi Puskesmas Kilasah
Kecamatan Kasemen. Pihak Puskesmas telah berusaha maksimal memberikan
perhatian pada keluarga Pak Ali.
“Di
Kasemen memang cukup banyak keluarga yang menderita gizi buruk, kami
dari Puskesmas sudah sering memberikan bantuan susu dan biscuit. namun
kendala ekonomi merupakan masalah terbesar yang menjadi kendala,” ungkap
Tri.
- See more at:
http://bantenesia.com/index.php/berita/seputar-kota/item/1518-orang-tua-korban-gizi-buruk-sesalkan-pemerintah-kota-serang#sthash.W6MHMwu5.dpuf
Serang
(24/1/2014), Bantenesia – Ali Idris (43) ayah dari Desi (4) penderita
gizi buruk yang meninggal pada Kamis (23/1/2014) di Rumah Sakit Umum
Daerah Serang menyesalkan pihak Pemerintah Kota Serang yang telat
memberikan penanganan terhadap putri semata wayangnya.
“Bukannya
kami menolak takdir, namun kami menyesalkan sikap lamban dan minimnya
perhatian dari pemerintah,” ujar Ali dengan mata berkaca-kaca saat
ditemui Bantenesia di kediamannya di Kasemen.
Menurut
pengakuan Ali, sehari-hari ia bekerja sebagai buruh nelayan yang ikut
pada perahu orang lain melaut mencari ikan. Pendapatannya kadang tak
menentu.
“Biasanya
saya membawa pulang uang 10 ribu sampai 15 ribu setiap pulang melaut.
Semua tergantung dari hasil tangkapan ikan,” ungkap Ali.
Saat
Bantenesia berkunjung ke kediamannya di Kasemen, tampak sebuah bangunan
rumah berukuran sekira 4 X 6 meter yang dihuni oleh 3 KK dengan 9 jiwa.
Suasana becek disekeliling rumahnya menyebarkan aroma yang mengundang
lalat serta bau tak sedap.
Menurut
pengakuan Ali, ia dan istrinya kerap membawa anaknya ke Puskesmas untuk
penanganan lebih lanjut, namun terkadang untuk sekedar membayar angkot
saja ke puskesmas mereka tak ada uang.
“Mau
bagaimana lagi, kadang untuk bayar angkot saja kami tidak ada uang.
Kadang kami malu dengan tetangga yang sering ‘urunan’ mengumpulkan uang
dan memberikannya kepada keluarga kami,” ujar Ali lebih lanjut.
Menurut
Juhrana (35) istri Ali yang sehari-hari menjadi buruh tani, mengatakan
bahwa Jumat (24/1/2014) siang rombongan Wakil Walikota Serang Sulchi
Choir datang mengunjungi kediamannya dan memberikan uang duka.
“Kemarin
saat anak saya meninggal di rumah sakit, ada orang yang mengaku utusan
Walikota Serang menitipkan uang sebesar 200 ribu dan siang tadi wakil
walikota datang memberikan uang duka 500 ribu. Tapi buat apa uang ketika
anak saya sudah tiada. Kami sangat berharap para pemimpin dating saat
anak saya sakit,” ungkap Juhrana.
Sementara
itu, menurut pengakuan Tri salah satu staf gizi Puskesmas Kilasah
Kecamatan Kasemen. Pihak Puskesmas telah berusaha maksimal memberikan
perhatian pada keluarga Pak Ali.
“Di
Kasemen memang cukup banyak keluarga yang menderita gizi buruk, kami
dari Puskesmas sudah sering memberikan bantuan susu dan biscuit. namun
kendala ekonomi merupakan masalah terbesar yang menjadi kendala,” ungkap
Tri.
- See more at:
http://bantenesia.com/index.php/berita/seputar-kota/item/1518-orang-tua-korban-gizi-buruk-sesalkan-pemerintah-kota-serang#sthash.W6MHMwu5.dpuf
Serang
(24/1/2014), Bantenesia – Ali Idris (43) ayah dari Desi (4) penderita
gizi buruk yang meninggal pada Kamis (23/1/2014) di Rumah Sakit Umum
Daerah Serang menyesalkan pihak Pemerintah Kota Serang yang telat
memberikan penanganan terhadap putri semata wayangnya.
“Bukannya
kami menolak takdir, namun kami menyesalkan sikap lamban dan minimnya
perhatian dari pemerintah,” ujar Ali dengan mata berkaca-kaca saat
ditemui Bantenesia di kediamannya di Kasemen.
Menurut
pengakuan Ali, sehari-hari ia bekerja sebagai buruh nelayan yang ikut
pada perahu orang lain melaut mencari ikan. Pendapatannya kadang tak
menentu.
“Biasanya
saya membawa pulang uang 10 ribu sampai 15 ribu setiap pulang melaut.
Semua tergantung dari hasil tangkapan ikan,” ungkap Ali.
Saat
Bantenesia berkunjung ke kediamannya di Kasemen, tampak sebuah bangunan
rumah berukuran sekira 4 X 6 meter yang dihuni oleh 3 KK dengan 9 jiwa.
Suasana becek disekeliling rumahnya menyebarkan aroma yang mengundang
lalat serta bau tak sedap.
Menurut
pengakuan Ali, ia dan istrinya kerap membawa anaknya ke Puskesmas untuk
penanganan lebih lanjut, namun terkadang untuk sekedar membayar angkot
saja ke puskesmas mereka tak ada uang.
“Mau
bagaimana lagi, kadang untuk bayar angkot saja kami tidak ada uang.
Kadang kami malu dengan tetangga yang sering ‘urunan’ mengumpulkan uang
dan memberikannya kepada keluarga kami,” ujar Ali lebih lanjut.
Menurut
Juhrana (35) istri Ali yang sehari-hari menjadi buruh tani, mengatakan
bahwa Jumat (24/1/2014) siang rombongan Wakil Walikota Serang Sulchi
Choir datang mengunjungi kediamannya dan memberikan uang duka.
“Kemarin
saat anak saya meninggal di rumah sakit, ada orang yang mengaku utusan
Walikota Serang menitipkan uang sebesar 200 ribu dan siang tadi wakil
walikota datang memberikan uang duka 500 ribu. Tapi buat apa uang ketika
anak saya sudah tiada. Kami sangat berharap para pemimpin dating saat
anak saya sakit,” ungkap Juhrana.
Sementara
itu, menurut pengakuan Tri salah satu staf gizi Puskesmas Kilasah
Kecamatan Kasemen. Pihak Puskesmas telah berusaha maksimal memberikan
perhatian pada keluarga Pak Ali.
“Di
Kasemen memang cukup banyak keluarga yang menderita gizi buruk, kami
dari Puskesmas sudah sering memberikan bantuan susu dan biscuit. namun
kendala ekonomi merupakan masalah terbesar yang menjadi kendala,” ungkap
Tri.
- See more at:
http://bantenesia.com/index.php/berita/seputar-kota/item/1518-orang-tua-korban-gizi-buruk-sesalkan-pemerintah-kota-serang#sthash.W6MHMwu5.dpuf
0 Response to "Orang Tua Gizi Buruk Sesalkan Pemkot Serang"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"