Sebenarnya, hubungan persaudaraan Indonesia – Mesir sudah
terjalin lama, sebelum Indonesia merdeka. Waktu itu, Mesir menjadi salah satu
negara tujuan diplomat RI untuk mengkampanyekan kemerdekaan RI.
Negara-negara Arab, di antaranya Mesir sangat berperan nyata
dalam usaha kemerdekaan Indonesia.
Waktu itu, negara-negara Arab yang paling dahulu mengakui
kemerdekaan Indonesia dan paling dahulu mengirim misi diplomatik nya ke Jogya,
serta paling dahulu memberi bantuan biaya bagi diplomat – diplomat RI di luar
negeri. Jasa dan keberpihakan negara Mesir dalam membantu perjuangan menuju
bangsa Indonesia merdeka dan diakui dunia internasional tidak boleh dilupakan.
Waktu itu, perjuangan menegakkan kemerdekaan yang sudah
diproklamirkan menjadi lebih sulit, karena yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
bukan hanya penjajah Belanda tetapi juga tatanan dunia yang tidak mendukung
bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tantangan berat harus dihadapi oleh diplomasi Indonesia di
luar negeri waktu itu. Dengan keyakinan yang kuat akan hak kita, para pejuang
diplomasi Indonesia mencari dukungan masyarakat internasional terhadap republik
yang baru dilahirkan.
Perjuangan dalam memperoleh salah satu syarat berdirinya
negara, merupakan langkah berat bagi sebuah bangsa yang baru merdeka. Dan
tokoh-tokoh negarawan Islam hadir di barisan depan. Untuk itu pulalah,
Indonesia sebagai kekuatan yang telah lebih dulu menanamkan benih persaudaraan
di luar batas Indonesia.
Memulai langkah diplomasi luar negerinya dengan lebih
mendekatkan diri ke negara-negara yang senasib dan seperjuangan. Dengan
kekuatan Islam di belakang kemerdekaan Indonesia, para pendiri lebih memilih
melakukan pendekatan pertama ke Timur Tengah.
Negara pertama yang dikunjungi adalah Mesir dan Gerakan
Ikhwanul Muslimin di Mesir adalah gerakan pertama kali yang memberikan support
bagi kemerdekaan Indonesia. Delegasi pertama saat itu dipimpin oleh Mr. Suwandi
(Menteri Kehakiman), Mr. Abdul Karim sebagai sekretaris negara dan dr.
Sudarsono (mendagri).
Dalam buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri”
ditulis oleh M. Zein Hassan, Lc, Lt disebutkan pada 22 Maret 1946, Mesir
mengakui de facto kemerdekaan RI, pemerintah Mesir juga bersedia menanggung
kehidupan ekonomi warga Indonesia di Mesir tiap bulan sebagai ganti utang yang
diputuskan kedutaan Belanda waktu itu.
Keputusan ini langsung diikuti oleh seluruh negara Arab,
yang semenjak itu pula mengakui Panitia-panitia kemerdekaan di Kairo dan
memberikan mereka fasilitas-fasilitas diplomatik.
Pemerintah Mesir bermurah hati kepada diplomat dan pelajar
Indonesia untuk merayakan hari kemerdekaan nasional pertama di Mesir, dengan
menggunakan corong Radio Mesir untuk mengumandangkan lagu ‘Indonesia raya’.
Setelah dari studio Radio Kairo mereka langsung menuju ke
Pusat Syubban Muslimin untuk mengikuti perayaan kemerdekaan nasional dengan
menggelar pentas seni dengan judul “Kembalinya Surga”, merupakan teater politik
yang dikutip dari buku “Audatul Firdausi” (Kembalinya Surga) gubahan sastrawan
Arab-Indonesia alm. Ahmad Ali Bakatir, yang mengisahkan pertemuan pejuang bawah
tanah dengan seorang dara pengikut Soekarno di ibukota yang berakhir pertemuan
di lapangan Gambir dalam suasana Proklamasi yang menggembirakan. Aksi teater
ini dimainkan oleh para pemuda Mesir. Disana mereka sudah dinanti oleh
kesatuan-kesatuan Pandu Mesir yang turut bersuka ria malam itu merayakan hari
kemerdekaan nasional Indonesia.
Saatnya Berbalas Budi.
Saat ini, sebuah tragedi sedang berlangsung di Mesir.
Presiden Muhammad Mursi, Al Hafidz yang dipilih secara demokratis dipaksa
berhenti.
Al-Ikhwan Al-Muslimin yang pernah membantu negara Indonesia
untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan oleh dunia internasional sedang
terzhalimi, pasca kudeta terhadap Mursi para tokoh dan pimpinan Al-Ikhwan
Al-Muslimin dijebloskan ke penjara.
Nampaknya, Timur Tengah akan menjadi wilayah yang terus
bergolak entah sampai kapan. Negara-negara barat khususnya Amerika Serikat
seolah menutup mata terhadap peristiwa kudeta yang menciderai proses demokrasi
ini. Malah, diberitakan di salah satu TV swasta nasional tadi pagi (12/7), AS
telah mengirim empat pesawat tempur ke Mesir. Untuk apa ini? Mungkin untuk
menembaki para demonstran pro Muhammad Mursi?
Ada kesan, negara-negara barat tidak mempersoalkan jatuhnya
Mursi. Apakah itu sebuah kudeta atau bukan. Padahal dalam kacamata demokrasi,
kalau pemerintahan dijatuhkan secara paksa, apa namanya, kalau bukan kudeta?.
Arab Saudi dan negara Arab lainnya yang diharapkan dapat
membantu pemulihan kondisi Mesir pasca Arab Spring memilih menutup mata. Malah
Arab Saudi memperlihatkan kepongahan nya dengan mengucapkan selamat atas kudeta
Mursi. Dulu, Arab Saudi tidak pernah memberikan bantuan untuk pemulihan ekonomi
Mesir saat di pimpin Mursi. Tapi terhadap pemerintahan yang tidak sah hasil
kudeta ini, Arab Saudi bersedia malah memberikan bantuan.
Negara yang mengecam atas kudeta ini hanya datang dari
Perdana Menteri Turki Erdogan, Pemerintah Turki mengecam militer di Mesir yang
menggulingkan Presiden Muhammad Mursi sebagai musuh demokrasi, dan mengecam
Barat karena tidak menyebut penggulingan itu sebagai kudeta.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Berkaca dari sejarah,
negara Indonesia punya kepentingan dan harus di garda terdepan untuk
menyelamatkan demokrasi di Mesir.
Kini, negara Mesir sedang dirampas kemerdekaan demokrasinya oleh
kelompok-kelompok tak bertanggung jawab. Sekarang waktu yang tepat untuk
membalas jasa kebaikan Mesir dan Ikhwanul Muslimin yang pernah berjasa dalam
kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah Indonesia tidak boleh membisu terhadap aksi
kudeta ini, mereka harus memainkan kembali politik luar negeri bebas dan aktif.
Jasa Mesir harus diingat, saat negara Indonesia membutuhkan pengakuan
kemerdekaan di mata dunia internasional, Mesir waktu itu termasuk negara
pertama yang mengakui defacto dan dejure Kemerdekaan RI.
Sebagai negara yang besar, semoga pemerintah Indonesia
sekarang tidak lupa dengan jasa-jasa Negara Mesir dan Gerakan Ikhwanul
Muslimin. Saya sebagai warga negara Indonesia, menunggu langkah nyata
pemerintah Indonesia untuk mengecam aksi kudeta militer dan mengembalikan lagi
legimitasi Presiden sah Mesir, Muhammad Mursi yang terampas.
0 Response to "Mengenang Kembali Jasa Mesir Untuk Indonesia"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"