
Najwa: saya kembali ingin menanyakan seberapa dekat bapak dengan AF?
LHI: saya
kenal dengan AF, pernah jumpa dibeberapa tempat, tapi dia bukan sespri
atau teman dekat saya, juga bukan kader PKS. Sebagai orang publik dan
presiden sebuah partai dakwah, saya mesti dekat dengan siapapun, meski
tidak berarti membaur atau bahkan sejenis. Kalo mbak Najwa pernah
mewawancarai seorang pecandu atau koruptor sambil senyam-senyum, ketawa
ketiwi, lantas kemudian saya menilai bahwa mbak pro-narkotik atau
pro-koruptor, apakah itu adil?? Nabi pernah bahkan selama hidupnya
memberi makan seorang Yahudi buta, apakah kemudian kita menilai bahwa
Nabi beragama Yahudi atau pro-israel?? Terlalu dini bahkan bisa tidak
mungkin. Sedangkan biji salak saja yang selalu seiya-sekata dgn daging
salak, rasanya bisa beda, kan?? Yg satu dimakan, yg lain dibuang. Hehe,
udah mulai paham ya mbak??
Najwa: entahlah pak ya,,, saya semakin merasa bodoh saja. Oklah, gini pak. Jadi, AF itu berarti sok kenal sok dekat, gitu pak??
LHI: mungkin
sudah alamnya begitu, ibarat buah salak tadi, sunnatullah. Kalau niat
AF sih saya tidak tahu mbak, yg jelas saya selalu husnuz-zhan, berbaik
sangka.
Najwa: baik
pak, kemudian uang yang 1 M itu, katanya akan diberikan ke bapak
sebagai suap, agar bapak bisa mempengaruhi Mentan [Pak Suswono] untuk
mendapatkan porsi kuota impor lebih besar?
LHI: itu pertanyaan ke saudara AF, bukan ke saya mbak. Kalaupun ada niatan begitu, apakah mbak percaya saya akan menerimanya??
Najwa: yaa gak tahu pak,.. bisa ya bisa tidak. Tapi katanya KPK sudah mengantongi bukti rekaman percakapan bapak dengan Mentan??
LHI: tanyakan
saja ke KPK, toh KPK sudah diberi kewenangan untuk menyadap percakapan
siapa saja, kecuali nyadap karet kali ya mbak. Hehe
Najwa: haha,
bapak lucu juga. Tapi memang, belakangan kami dengar dari media lain
bahwa KPK melalui pak Abraham Samad telah membantah keberadaan rekaman
itu??
LHI: yaa,
kita gak tahu juga mbak. Kan saya dipenjara, mungkin penasehat hukum
saya lebih tahu. Bagi saya, semua kerja KPK kita hargai yg penting
niatnya baik.
Najwa: kalau rekaman itu ternyata tidak ada, dan justru hanya fitnah belaka, apa yang akan bapak lakukan??
LHI: mbak,
saya memahami fitnah itu sebagai ujian saja. Jangankan kita, isteri
Nabi sendiri (Aisyah r.anha) juga tidak luput dari fitnah, malahan lebih
kejam lagi. Sampai-sampai Rasulullah SAW mesti menunggu kurang lebih 1
bulan hingga turun firman Tuhan yg menjelaskan fitnah atas Aisyah itu.
Jadi, jangankan kita, Nabi saja mesti menunggu firman dulu baru lepas
pikiran dan hatinya sama sekali dari efek fitnah. Apalagi masyarakat
kita yang sepertinya sudah jadi watak, selalu berprasangka buruk
bukannya berprasangka baik. Mudah2an semua ini cepat berlalu dan Allah
menunjukkan keMaha-AdilanNya.
Najwa: jadi terharu saya pak… Pemirsa,
Ustadz LHI mengingatkan kita untuk selalu berprasangka baik.
Sepertinya, prasangka itu tergantung hati kita, bila ia baik dan hidup,
maka yang lahir adalah prasangka baik, begitupun sebaliknya. Kita jeda sejenak pemirsa.
[Iklan sekitar 3 menit].
Najwa: kembali
kita mengungkap fakta dibalik cerita, lewat tajamnya mata, di MATA
NAJWA. Pak LHI, bagaimana pandangan bapak perihal komisioner KPK dan
kerjanya sebagai sebuah lembaga penegak hukum??
LHI: mana yg mesti saya jawab dulu mbak??
Najwa: komisionernya dulu dech…
LHI: saya
tidak dalam kapasitas menilai orang-per-orang, yang jelas mereka
dipilih oleh wakil rakyat di DPR, tentunya dengan pertimbangan
baik-buruk. Kita tetap husnuz-zhan, mereka orang-orang pilihan.
Najwa: tidak
hanya dulu, akhir-akhir ini, KPK sering dinilai kurang kompak, ada
persaingan diinternal dan antar-penegak hukum. Bagaimana pendapat
bapak??
LHI: saya gak banyak komentar ya mbak, meskipun saya tidak terkejut juga. Biasalah, kita maklumi saja.
Najwa: kalau KPK secara lembaga, bagaimana??
LHI: harapan
terbesar kita pada upaya penegakan hukum tetap pada KPK, meski tetap
perlu memperbaiki dan memberdayakan kepolisian dan kejaksaan. Mereka ini
harus sinergi, kolaboratif dan produktif. Jangan saling bersaing
mendapatkan kasus atau terlalu sering hadir diacara-acara publik,
khususnya entertainment. Jadi, bekerjalah efisien dan efektif karena
kejahatan khususnya korupsi masih sangat merajalela. Ini musuh bersama
kita.
Najwa: bapak tetap berprasangka baik pada KPK ya??
LHI: harus
itu, kalau tidak siapa lagi?? Sebagaimana saya sangat yakin bahwa kami
di PKS sangat benci dengan korupsi, jangankan mengambil uang rakyat,
menghambur-hamburkan uang kita sendiri saja sudah suatu bentuk
pembangkangan terhadap firman Ilahi.
Najwa: bapak tidak dendam??
LHI: he
he… biarlah saya menjalani pemeriksaan kasus yang menimpa saya ini
selanjutnya, mohon doa semoga Allah SWT menunjukkan kekuasaan dan
keadilanNya.
Najwa: ….
Tiba-tiba sepasang kaki
mungil bertengger diwajahku. Aku pun terbangun lalu meluruskan badan
Hafiy yang miring dengan kepala tanpa bantal. Sambil mengusap wajahnya
yang berseri, saya melihat jam dinding dan ternyata sudah menunjukkan
pukul 4 pagi. Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amaatana
wailahinnusyur… Ku segera menuju kamar kecil seraya mengingat-ingat
bunga tidur yang baru saja gugur dari kelopaknya… Hmmmm, apa yang sedang
kupikirkan….
Hasbunallah wa ni’mal wakiil.[kompasiana]
0 Response to "Wawancara Ustad LHI di “Mata Najwa” #2"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"