Sepekan lalu, jagad politik di Indonesia dihebohkan oleh penangkapan
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq. Luthfi
digelandang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lantaran dituding
terlibat korupsi impor daging sapi.
Berbagai spekulasi bermunculan atas penangkapan tersebut. Pengurus
baru PKS yang dikomandani Anis Matta menganggap penangkapan tersebut
sebagai upaya mengkerdilkan PKS menjelang Pemilu 2014. Sementara KPK
meyakini Luthfi benar-benar terlibat korupsi sapi, sehingga statusnya
dinaikkan menjadi tersangka.
Namun bagi beberapa pengamat hukum, ada persoalan lain dengan
melesatnya kasus korupsi sapi. Jika belakangan media disiukkan dengan
kasus korupsi baru yang melibatkan pucuk pimpinan partai PKS, maka kasus
Century yang ditangani KPK sejak bertahun-tahun lalu perlahan mulai
pudar. Tak heran bila kasus sapi kali ini dicurigai sebagai upauya
pengalihan isu.
KPK dinilai terus mereproduksi cerita baru dengan membongkar korupsi
anyar, seperti kasus impor daging sapi dan lainnya. Akibatnya, skandal
Century Rp6,7 triliun kian tak terendus media.
Berbagai kalangan khawatir bahwa Centurygate bakal tidak tuntas, atau
bahkan dilupakan KPK, sehingga publik pun lupa. “Partai koalisi
(Golkar, PAN, PPP, PKS dan PKB) telah tersandera rezim SBY-Boediono
dengan skandal rekayasa bailout Bank Century,” ujar Adhie M Massardi
dari Gerakan Indonesia Bersih. Adhie mendesak PKS dan parpol lain keluar
dati Setgab Koalisi yang jelas bau sangit korupsi Century.
Pada saat yang sama, Centurygate harusnya diproses KPK sampai tuntas.
Sebab kasus korupsi sapi tidaklah seberapa dibandingkan Centurygate
yang membobol uang rakyat Rp6,7 triliun. “Saya minta lanjutkan dan
tuntaskan proses politik (dan hukum) skandal rekayasa bailout Bank
Century, Hambalang dan korupsi-korupsi besar lainnya yang dilakukan
rezim ini,” kata Adhie lagi.
Para analis menilai, KPK tidak tegas memberantas korupsi serta gagal
mencegah maraknya kasus korupsi dan suap yang menyeret sejumlah anggota
parlemen, pejabat negara, elite parpol maupun kalangan swasta. “KPK
tidak tegas,” kata pengamat politik Teguh Santosa dari UIN Jakarta.
Karena tidak tegas memberantas korupsi secara menyeluruh ,maka mega
skandal Bank Century tidak jelas arahnya. Akibatnya banyak penyelenggara
negara, tidak sungkan untuk bermain api, terlibat suap, korupsi dan
perbuatan nista lainnya.
Dikatakan teguh, munculnya kasus korupsi baru yang diungkap KPK,
lebih menonjolkan kuatnya kepentingan politik yang bermain. Kasus-kasus
baru sengaja di-blow up agar kasus korupsi lama, yang berbobot besar,
dilupakan publik. ‘’KPK bak peternakan kasus saja. Luncurkan kasus,
kemudian disembelih sampai berdarah-darah. Agar kasus lama dilupakan
orang,’’ ungkapnya.
Soal kasus suap daging impor yang menyeret eks Presiden Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, diakuinya, cukup
mengejutkan publik. Masyarakat dibuat bingung dengan sikap KPK yang
tebang pilih. Luthfi yang tidak sampai sehari ditetapkan tersangka
langsung diseret ke tahanan. Sementara, eks Menpora Andi Mallarangeng
yang sudah berbulan-bulan menjadi tersangka masih bebas berkeliaran.
Alhasil, muncul dua kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda.
Pertama, masyarakat yang tidak paham dengan PKS akan menilai KPK telah
berbuat melabrak prosedur. Sedangkan kelompok kedua yang pro-PKS melihat
adanya kejanggalan dalam penangangan kasus ini oleh KPK. ‘’Kita lihat
saja, perkembangan ke depan seperti apa.” pungkasnya.
Kini publik menanti tuntasnya skandal Century, dan tidak
terus-menerus menghadapi pengalihan isu dengan terbongkarnya korupsi
baru. Pasca-korupsi impor daging sapi oleh elite PKS, KPK (secara hukum)
dan DPR (secara politik) harus tetap menuntaskan skandal Century. [GATRAnews]
0 Response to "Century 'Dimakan' Sapi"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"