Di Sumatera Utara, siapa yang tidak kenal dengan Gatot Pujonugroho, ST. Beliau Plt Gubernur Sumatera Utara karena sang Gubernur masuk ke prodeo dengan alasan skandal korupsi.
Sekitar awal tahun 2000, saya mengenal Pak Gatot dan keluarga. Saat itu saya dan suami baru menginjakkan kaki di Kota Medan karena tugas bekerja. Saya mengenal keluarga beliau sebagai keluarga yang sederhana, suka menolong, perhatian, sopan santun, berbudi luhur dan ramah. Pak
Gatot bekerja sebagai seorang dosen di sebuah universitas negeri di
Medan dan istrinya Bu Tyas adalah seorang ibu rumah tangga dengan 5
orang putri yang banyak kegiatan sosial di masyarakat. Saya waktu itu tinggal di daerah Medan Johor dan rumah kami tidak terlalu jauh jaraknya.
Pak Gatot sering menjadi imam di mushola samping rumah kontrakannya dan mengisi ceramah singkat bada subuh saat hari Minggu. Bu Tyas sering mengisi berbagai pengajian dan perwiritan ibu-ibu di kota Medan bahkan sampai Deli Serdang. Keduanya sangat aktif dalam kegiatan berdakwah. Bu Tyas juga berbisnis kecil-kecilan seperti menjual baju, jilbab dan perlengkapan muslim. Saya sangat terkesan denga kesederhanaan keluarga Pak Gatot dan kegigihannya dalam berdakwah. Saat
itu Pak Gatot hanya mengendarai sebuah sepeda motor yang sangat
sederhana dan Bu Tyas kemana-mana menggunakan angkot atau beca motor. Demikian juga dengan anak-anaknya sangat baik dan sopan santun perangainya.
Tahun 2007 saya dan keluarga kembali ke Kota Medan dan menjumpai keluarga Pak Gatot dan Bu Tyas. Kebetulan rumah kami juga tidak terlalu jauh. Kini beliau dan keluarga tinggal di sebuah perumahan Johor Indah, Medan Johor. Bu Tyas menjadi anggota dewan dari Fraksi PKS Deli Serdang dan Pak Gatot menjabat sebagai Ketua DPW PKS Sumatera Utara. Rumah kontrakannya kondisinya lebih baik dari rumah kontrakannya pada awal tahun 2000. Kegiatan
sosial masyarakatnya masih berlangsung seperti dulu malah sekarang
lebih sibuk lagi karena Ibu menjadi wakil rakyat dan Bapak menjadi Ketua
DPW yang memimpin satu propinsi. Sikap beliau dan keluarga masih terjaga seperti dulu malah lebih rendah hati. Dengan adanya jabatan publik yang dimiliknya tidak membuat Bapak dan Ibu tinggi hati dan melupakan dakwah ke masyarakat.
Pada tahun 2008, Pak Gatot menjadi Wakil Gubernur Sumatera Utara untuk periode 2008-2013. Setelah menjabat menjadi wagub, beliau dan keluarga pindah ke Taman Setia Budi. Sebuah rumah dinas yang memang layak dihuni oleh orang nomor dua di Sumatera Utara. Saya dan keluarga salut dengan kerendahan hatinya saat menjadi wagub. Pak Gatot dan keluarga mengundang masyarakat Medan dalam acara halal bihalal setelah lebaran. Beliau dan keluarga menyapa semua tamu yang datang dan sangat akrab dengan anak-anak. Seperti, “Ayo Kakak, Abang
ikut Pakde…” atau “Kakak sekolah dimana?” atau “Abang sudah makan
belum, ayo ambil makanannya sama Mbak Ais.” Anak-anak saya memanggil Pak
Gatot dengan sebutan Pakde dan ke Bu Tyas memanggil Bude. Sebuah kehangatan yang kami rasakan saat kami datang ke rumah nya dan beliau masih mengingat nama kami dan anak-anak kami.
Awal
tahun 2013, Pak Gatot akan maju dalam pencalonan sebagai Calon Gubernur
Sumatera Utara yang didampingi oleh Tengku Eri Nurdin. Sebuah pasangan yang serasi yang insyaAllah akan membawa perubahan lebih baik untuk Sumatera Utara. [kompasiana]
Baca: Sosok Gatot Pujonugroho-Tengku Erry Nuradi (GANTENG) di Mata Anda
Baca: Sosok Gatot Pujonugroho-Tengku Erry Nuradi (GANTENG) di Mata Anda
0 Response to "Kesaksian Tetangga Cagub Sumut, Gatot Pujonugroho, ST"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"