Membahas sikap Israel terhadap faksi-faksi
Palestina, masih didasarkan kepada bagaimana melakukan tindakan ovensif
kuat kepada masyarakat Palestina untuk melemahkan semangat dan
konfrontasi dengan penjajah Israel.
Pembicaraan
ini tidak asing bagi perlakukan badan intelijen Israel terhadap
kelompok kiri penganut perdamaian Palestina di tahun 1970an hingga
sekarang dengan cara mendiamkan terhadap lembaga dan aktivitas
kemasyarakatannya.
Keadaan seperti ini
tidak memberikan peluang kepada faksi-faksi perlawanan Palestina yang
elit dan kadernya mendekam di penjara-penjara Israel selama waktu yang
lama dan berkali-kali. Perlakukan ini juga berlaku terhadap gerakan
Islam dengan beragam kecenderungan dan arah perjuangannya seperti
Gerakan Tablig dan Dakwah, Hizbut Tahrir, kemudian Israel tetap waspada
terhadap tindakan Ikhwan yang di mata lembaga keamanan Israel sebagai
kekuatan hakiki dan kompetitor PLO saat itu.
Namun
kondisi ini juga memberikan peluang emas dan ruangg kepada Ikhwan untuk
melakukan persiapan memperbanyak kader dan membangun. Dari sana
kemudian melakukan pembinaan di seluruh penjuru wilayah Palestina,
termasuk wilayah Palestina Dalam (jajahan tahun 1948).
Kondisi
ini terus didiamkan sampai terkuak organisasi rahasia militer Ikhwan
pimpinan Syekh Ahmad Yasin di tahun 1983 yang konsen membangun sistem
militer yang mampu membidik target-target Israel. Ini menyebabkan Syekh
Ahmad Yasin ditangkap dan kelompok di sekelilingnya. Pembicaraan soal
arah perjuangan “Gerakan Hamas” di tahanan mulai meluas lagi sehingga
perencanaan gerakan meluas hingga Tepi Barat dan kota sekelilingnya.
Lembaga
keamanan Israel di kala itu, tepatnya di tahun 1982 dan selanjutnya,
sudah yakin khususnya setelah PLO hengkang dari Libanon dan menguasai
masyarakat Palestina, berusaha membangun sistem kepemimpinan alternatif
dengan mengikat desa-desa yang gagal akibat kesadaran publik akan bahaya
penjajah Israel.
Di fase itu, gerakan
Ikhwan terus membangun kekuatannya dengan diam-diam dengan sistem usrah
yang programnya bermuatan budaya, wawasan, agama, dan pembangunan fisik.
Ini berlangsung sampai Syekh Yasin
dibebaskan dari penjara dalam proses pertukaran tawanan di tahun 1985.
Sejak itu gerakan Ikhwan Syekh Yasin ini terus melakukan
persiapan-persiapan untuk melahirkan Gerakan Perlawanan Islam Hamas
melalui keterlibatannya yang intens dalam menghadapi penjajah Israel
melalui aksi Intifadah I baik dengan kekuatan massa dan militer. Israel
akhirnya terjepit dalam menghadapi gerakan Hamas meski para badan
pendirinya dijebloskan dalam penjara saat Syekh Yasin ditangkap tahun
1989.
Israel terus melakukan langkah
membendung laju Hamas dengan mengasingkan tokoh-tokohnya ke luar negeri
di antaranya ke Libanon Selatan. Hal itu setelah kader Hamas menculik
serdadu Israel.
Israel salah dalam
melakukan langkah pengasingan. Sebab Hamas makin menguat di kalangan
dunia dan terbuka di banding sebelumnya. Al-Qassam mulai dibentuk dan
memamsauknya budaya baru yang disebut aksi “istisyahad”; bom syahid.
Israel merasa menyerang menghadapi manusia yang mencari mati.
Permainan
kehidupan yang dimanajemen Hamas telah melahirkan nama-nama besar seperti
Ir. Yahya Ayyash yang didahului oleh generasi pendiri atas gagasan ini
dan murid-muridnya telah mendorong Israel mencari jalan keluar mengatasi
masalah yang terus menerus tidak berpihak kepadanya. Wilayah serangan
Intifadhah batu pun meluas dan lembaga keamanan Israel juga tidak
berdaya mengadapinya.
Lantas bagaimana langkah Hamas pasca proses perdamaian Palestina? tulisan berikutnya akan membahasnya. [infopalestina]
0 Response to "Hamas dalam Ideologi Zionis (1)"
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan Anda "PKS Petiir--Dari Pelosok Banten Bekerja Membangun Indonesia Tercinta"